Kita ini kenapa?
Kita ini lagi kenapa sih?
Mungkin pertanyaan ini memang tidak berdasar. Bisajadi hanya aku saja yang merasa kita sedang kenapa-kenapa. Sebenarnya aku sudah lelah bertanya pada diri sendiri ada apa dengan kita? Tidak pernah satu kalipun aku berfikir bahwa kita akan berakhir seperti ini. Lucu memang. Harus saling melewatkan berapa kali lagi? Sampai pada akhirnya kita sadar bahwa sedang saling mencari. Sebentar, mungkin saja hanya aku yang mencari. Aku bingung. Apakah ini sudah akhir atau bukan? Otak dan perasaanku dipaksa untuk berfikir beribu kali, ada apa denganmu? Ada apa denganku? Aku dipaksa oleh keadaan untuk tetap 'haha hihi' di depan semua orang. Nyatanya aku sedang tidak baik-baik saja. Aku tidak tau isyarat mana yang mengartikan bahwa aku harus mundur atau aku harus bagaimana.
Sepertinya semesta memang tidak pernah mengizinkanku untuk merasakan bagaimana rasanya bahagia hingga akhir. Sejak awal aku memang ragu. Aku tidak siap untuk memulai dan merasakan pahitnya ditinggalkan. Entah aku yang meninggalkan ataupun aku yang ditinggalkan. Lucunya, sejak awal aku sudah memikirkan resiko dari jatuh hati ini. Tapi tetap saja, aku tidak siap untuk menanggung semuanya sendirian. Entah aku yang terlalu bersikap tak acuh hingga membuatmu menjauh. Atau memang kamu yang mudah berpindah hati? Aku tahu. Aku sangat tahu bahwa perasaan seseorang tidak bisa dipaksa. Salahnya aku terlalu lemah sehingga percaya dan luluh pada perkataan dan perlakuan manismu. Aku jatuh. Akhirnya aku terjatuh untuk yang kesekian kalinya tanpa aku sadari bahwa aku akan dikecewakan oleh perasaanku sendiri.
Mungkin pertanyaan ini memang tidak berdasar. Bisajadi hanya aku saja yang merasa kita sedang kenapa-kenapa. Sebenarnya aku sudah lelah bertanya pada diri sendiri ada apa dengan kita? Tidak pernah satu kalipun aku berfikir bahwa kita akan berakhir seperti ini. Lucu memang. Harus saling melewatkan berapa kali lagi? Sampai pada akhirnya kita sadar bahwa sedang saling mencari. Sebentar, mungkin saja hanya aku yang mencari. Aku bingung. Apakah ini sudah akhir atau bukan? Otak dan perasaanku dipaksa untuk berfikir beribu kali, ada apa denganmu? Ada apa denganku? Aku dipaksa oleh keadaan untuk tetap 'haha hihi' di depan semua orang. Nyatanya aku sedang tidak baik-baik saja. Aku tidak tau isyarat mana yang mengartikan bahwa aku harus mundur atau aku harus bagaimana.
Sepertinya semesta memang tidak pernah mengizinkanku untuk merasakan bagaimana rasanya bahagia hingga akhir. Sejak awal aku memang ragu. Aku tidak siap untuk memulai dan merasakan pahitnya ditinggalkan. Entah aku yang meninggalkan ataupun aku yang ditinggalkan. Lucunya, sejak awal aku sudah memikirkan resiko dari jatuh hati ini. Tapi tetap saja, aku tidak siap untuk menanggung semuanya sendirian. Entah aku yang terlalu bersikap tak acuh hingga membuatmu menjauh. Atau memang kamu yang mudah berpindah hati? Aku tahu. Aku sangat tahu bahwa perasaan seseorang tidak bisa dipaksa. Salahnya aku terlalu lemah sehingga percaya dan luluh pada perkataan dan perlakuan manismu. Aku jatuh. Akhirnya aku terjatuh untuk yang kesekian kalinya tanpa aku sadari bahwa aku akan dikecewakan oleh perasaanku sendiri.
Aku ingin tahu. Benar-benar ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku ingin bertanya. Namun, rasanya tidak etis jika aku menanyakan hal tersebut. Aku harus sadar diri saja bahwa selama ini bisajadi aku hanya dijadikan sebatas pelarian saja. Memang benar aku tidak boleh berprasangka buruk terhadapmu. Namun entah harus berapa kali lagi aku menelaah pikiranmu, aku tetap tidak bisa menemukan jawabannya. Jika saja, dari awal aku tidak menanggapi semuanya dengan serius mungkin aku tidak akan sesakit ini. Saat ini kata 'aku' rasanya terlalu berlebihan untuk didengar, 'aku' sepertinya sudah tergantikan menjadi 'saya'. Jadi begini saja, anggap saja aku tidak pernah ada. Baik aku dan juga perasaanku anggap saja mereka hanyalah sebuah cerita dongeng yang tidak pernah nyata adanya.
Komentar
Posting Komentar